Friday, February 15, 2019

Mengenal Hidup Berintegritas (Lukas 5:1-11)

Hidup Berintegritas (Lukas 5:1-11)

     
     Kharisma Yesus tak dapat dipungkiri karena kebenaran yang disampaikannya. Banyak orang mengerumuninya untuk mendengarkan firman Allah di tepi Danau Genesaret yang disebut juga Danau Galilea. Ketika Yesus disitu, dilihatnya dua perahu dan nelayan-nelayannya yang sedang membasuh jalanya. Kemudian Yesus naik ke salah satu perahu mereka dan menyuruh mereka agar menolakkan perahunya sedikit lebih jauh dari pantai. "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan" adalah perintah yang dituruti oleh Simon. Walaupun awalnya Simon mengatakan bahwa semalaman mereka telah berusaha mencari ikan dan tak mendapatkan apa-apa. Lalu kemudian mereka mengikuti perintah Yesus, mereka mendapatkan banyak sekali ikan sampai jala mereka mulai terkoyak dan perahu mereka tak muat untuk menampung ikan yang mereka peroleh.

     Mujizat yang dilakukan Yesus bagi Simon membuatnya tersungkur di hadapan Yesus sebagai bentuk kesadaran akan keberdosaannya dan ia sangat membutuhkan Tuhan. Simonpun tidak hanya mengakui Yesus sebagai guru tapi juga mengakui-Nya sebagai Tuhan. Tidak hanya Simon, bahkan orang-orang yang bersamanya juga takjub melihat kuasa Yesus atas semesta. Perjumpaan Yesus dan Simon beserta kawan-kawannya menjadi sangat berkesan. Kemudian Yesus mengajak mereka menjadi penjala manusia yaitu menjadi murid-Nya. Panggilan itupun disambut baik oleh Simon dan kawan-kawannya. Menjala manusia berarti mencari jiwa untuk mengenal keselamatan dan mendapatkannya dalam kebenaran firman Allah yang membawa mereka kepada kehidupan dalam kekekalan yaitu keselamatan.

     Kesediaan Simon dan kawan-kawan untuk menjadi murid Yesus; menjadi penjala manusia adalah bentuk ketaatan yang dibentuk dari proses penyadaran tentang betapa besar kuasa yang bertindak. Kuasa yang pastinya akan menolong dan memimpin mereka dalam menjalankan pengutusan itu. Senada pula dengan panggilan Yesaya yang diterimanya "ini aku, utuslah aku" (Yes 6:8), bahwa ia pun hanya mengacu pada perintah TUHAN saja. Perintah dan petunjuk dari pada-Nya adalah sumber kekuatan dan jalan yang benar yang pastinya akan menjadi kompas kebenaran atau petunjuk arah yang benar dalam manusia memenuhi tanggung jawabnya sebagai pribadi yang dipilih dan diselamatkan.

     Dalam melakoni panggilan dalam pelayanan, integritas menjadi suatu keharusan yang mesti dimiliki. Integritas yang merupakan konsistensi dalam tindakan yang mengacu pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang benar yang sesuai dengan dasar kebenaran firman Allah. Diharapkan ada keselarasan antara kata dan tindakan dalam menjalankan panggilan pelayanan dan kehidupan, agar buah dari pelayanan itu mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera di tengah-tengah kehidupan.

     Kehidupan yang berintegritas mestinya juga menjadi sikap hidup orang percaya. Orang-orang yang telah menerima anugerah keselamatan. Bukankah kita juga telah begitu banyak menerima kebaikan Tuhan? Bukankah kita juga begitu banyak mengalami mujizat Tuhan dalam hidup kita? Mujizat Tuhan tidak hanya selalu yang spektakuler, tapi kehidupan keseharian kita dalam kesehatan, kekuatan dan kesanggupan kita mengarungi hidup ini juga adalah bukti kuasa Tuhan yang terus dinyatakannya bagi kita. Memang tidak mudah menjalani hidup dalam idealisme integritas, hanya kekuatan Tuhan yang memampukan melakukannya dengan baik. Sebab kita memang manusia yang lemah dan sangat membutuhkan Tuhan agar kita tetap taat dan setia dalam Tuhan sampai akhir kehidupan kita. Melakukan yang terbaik dalam karya-karya sesuai dengan kompetensi dan bidang kita masing-masing adalah keharusan yang tak bisa tidak kita wujudnyatakan dalam hidup ini.
 
Comments


EmoticonEmoticon